Penulis : HAB
membaranews.com-(Pujangga-Batubara)
Waktu lalu khotbah terlantun dalam genahar
Manis itu yang didengar
Terlena kami dalam pangkuan
Kau belai mesra pikir.
Membuahkan mimpi dan hanyut dalam peraduan paling manis.
Senyum bertopeng baik menggelantung di dagumu ketika itu.
Aku ingat jelas masih terasa bau amis ikan berteman timba.
“aku anak nelayan” membekas dalam akal.
Sontak lelahku terbayar walau ikan tak sesuai angan.
Waktu melaju.
Di birai-birai pantai bersama sampan penuh tanggung kehidupan aku menepi.
Tiba-tiba sekelompok insan menghampiri aku yang penuh bahagia sebab ikan penuh dalam jaring.
Nyali seketika raib di ujung parang yang diacungkan.
Mengendap aku di naungan perahu
Terdengar petikan demi petikan korek api
Sekonyong-konyong panas mengeluti tubuh hingga aku terpaksa lari.
Lengan terbakar dan penghidupan hangus di lalap merah yang bercampur amarah
Siang bertukar malam
Dan kini aku hanya ingin meminta keadilan
Pada kepala yang dulu menjadi idaman
Tapi yang kudapat hanya kejutan lecutan dalam batin
Dukungan dibalas hujatan
Berbancuh kekecewaan
Pada dengung malam
pujian-pujian disemayam pada Tuhan
Setelah bubar
Kuadukan perihal tentangku
Tentang pemimpin yang tak berperikemanusiaan
Tentang mulut yang tak berlakban
Tentang manusia menyerupa hewan
Pagi menyingsing
Aku dihampiri oleh seorang
Mungkin titisan ilahi
Huruf demi kata
Kata demi kalimat
semua ia libas mendengar keluhku
Tenangku berlabuh dalam akal
“Kami akan meletupkan sedih menjadi ceria” pungkasnya.
Kini aku berserah diri semoga ilahi menyetujui
Menjelang lima hari
Kudapati kabar bahwa ia pejabat berdasi ditangkap dan dieksekusi dalam jeruji
Mampus kau dikoyak diri sendiri!!