Warga Muhammadiyah Batu Bara Sholat Idul Fitri

  • Bagikan
Ustaz Yusri menyampaikan khutbah Idul Fitri 1444 H di Masjid Taqwa Muhammadiyah Indrapura Batu Bara.(Foto : Muja)

Batu Bara I membaranews.com

 

Muhammadiyah Kabupaten Batu Bara secara serentak melaksanakan Sholat Idul Fitri 1 Syawal 1444 H,Jumat (21/04/2023) di halaman Masjid masing masing di setiap Cabang, dan Ranting Muhammadiyah.Diperkirakan ribuan warga Muhammadiyah mengikuti Sholat eid.

Seperti pelaksanaan sholat Idul Fitri di Masjid Taqwa Muhammadiyah Indrapura,ratusan warga Muhammadiyah nampak khusuk mengikuti Sholat Idul Fitri,bertindak sebagai khotib dan Imam UstazYusri S.Ag (Ketua PC Muhamamdiyah Batu Bara).

Dalam khutbahnya ,Yusri mengatakan,Islam sebagai agama yang hak dan berwawasan universal telah memerdekakan akal dan pikiran manusia agar mampu memilih dan memilah bagaimana tata cara arti kehidupan yang dapat membawa kebahagiaan hidup tidak hanya di dunia yang bersifat fanah dan sementara tapi lebih mengutamakan kebahagiaan hidup diakhirat yang kekal dan abadi.

Untuk itulah bisa dilihatkan berbagai macam ibadah yang dapat mengantarkan manusia menuju kebahagiaan tersebut. Salah satunya diantaranya adalah ibadah puasa Ramadhan.

Namun menjadi pertanyaan adalah sudah seberapa jauh pengaruh nilai-nilai ibadah itu terhadap perilaku kita sehari-hari. Mengapa jumlah umat Islam yang konsisten meramaikan masjid sampai akhir Ramadhan semakin menurun dan sesudah Ramadhan semakin merisaukan.

Salah satu faktornya adalah karena terjadi kesenjangan antara pesan-pesan dakwah Ramadhan dengan sikap pemahaman kita sehingga dalam aplikasinya masih banyak yang terlena seperti mempersiapkan hari raya dengan berlebihan.

Artinya masih banyak jamaah yang belum berhasil memahami indahnya konsep hidup, sederhana menurut Islam sehingga yang dikedepankan adalah bagaimana menghadapi lebaran dengan segala sesuatu yang serba istimewa.

Akibatnya untuk mempersiapkan semuanya itu tanpa disadari malam-malam yang didalamnya malam Lailatul Qadar, malam yang baik, yang lebih baik dari seribu bulan terabaikan dan berlalu tanpa bekas,ujar ustaz Yusri.

Menurut Yusri, sebenarnya Islam sejak awal telah memberikan arahan agar setiap muslim mampu mengelola kehidupannya dengan pola hidup sederhana.

Pengertian sederhana adalah seimbang, serasi , dan selaras, baik fisik material maupun mental spiritual.

Sayangnya dalam pergaulan sehari-hari kita mudah meniru tanpa seleksi ketika melihat teman sejabat ditempat kerja atau tetangga dikomplek perumahan kita tampil memamerkan sesuatu yang mencengangkan mungkin dalam penampilan berpakaian atau bergaya dan bersikap. Padahal sifat seperti itu bisa menjadi petaka buruk yang tak perlu dicontoh.

Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita ada 3 perkara yang membuat manusia itu celaka.

Pertama ; kikir ya diikuti, Kedua ; hawa nafsu yang diperturutkan, Ketiga ; takjuf tercengang pada kelebihan diri sendiri.

Kebiasaan kita dalam menghadapi lembaran atau hari raya dengan serba baru, serba mahal melebihi kepatutan. Sebenarnya bukan karakter hidup Islami itu karena bagaimanapun pasti didorong oleh sikap keangkuhan untuk mengikuti gaya hidup modern menunjukkan perilaku tidak sesuai dengan hikmah dan tujuan dari ibadah sebagai Tarbiyah Ramadhan,ujar ustaz Yusri.

Ramadhan itu sesungguhnya melatih kita dan memperkaya khasanah batin kita untuk bisa merenung, menyelami bagaimana kita merasakan hidup miskin yang jauh dikecukupan.

Dengan demikian sebagai orang yang bertakwa kita harus bisa buktikan bahwa kita mampu hidup berdampingan dengan saudara-saudara kita, kaum-kaum duafa, dengan saling membantu dan menolong.

Mereka susah dan payah mencari nafkah disebabkan mungkin sedang mengalami putus hubungan dengan kerja atau mungkin terus bergulat dengan kemiskinan karena sulit mendapatkan lapangan pekerjaan.

Mereka menghadapi kesenjangan lingkup, memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Baik untuk makan atau pakaian,sewa rumah mereka.Kerisauan mereka lebih terasa ketika menghadapi hari raya.

Karena itu mari kita berusaha membaur dengan lingkungan secara sederhana dengan menanamkan sikap qonaah. Artinya merasa puas dan bersyukur dengan nikmat Allah yang sudah ada pada kita karena apa yang dimiliki sudah memadai bahkan mungkin berlebih,ungkap ustaz Yusri.

Menurut Yusri, ciri orang yang bersyukur diantaranya mampu melihat kebawah. Sebab masih banyak orang yang hidup lebih menderita, lebih miskin, lebih melarat dan tidak seberuntung seperti kita.

Bagaimana terketuk hati kita untuk berbagi kebahagiaan dengan kaum duafa di sekitar kita. Mereka sangat membutuhkan uluran tangan orang kaya terutama dalam menghadapi hari raya.

Berhentilah berbuat poyah-poyah dengan memperturutkan serba model apalagi asesoris serba mahal.

Allah SWT tidak menyukai sifat berlebih-lebihan sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an. “Janganlah kalian berbuat israq atau berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.

Momentum Idul Fitri ini mari kita gembirakan hati kita dan ketika kita bergembira berusahalah berbagi kepada sesama rasa kegembiraan tersebut.

Jangan sampai kegembiraan kita rasakan tidak mengalir dan tidak diberikan kepada orang-orang yang juga ingin merasakan kegembiraan menyambut hari raya Idul Fitri,sebut ustaz Yusri.(mkb)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *