membaranews.com (Medan)
Universitas Sumatera Utara (USU) terus bergerak mempersiapkan diri masuk dalam 500 besar pemeringkatan Quacquarelli Symonds World University Rankings (QS WUR). Serangkaian strategi dituangkan dalam World Class University (WCU) Program USU. Program ini sejalan dengan program prioritas Rektor USU dalam internasionalisasi kampus.
Rektor USU Dr Muryanto Amin mengatakan, WCU Program International Academic and Employer Reputation yang digelar di Ballroom Adimulia Hotel, Minggu (5/12/2021) menyebutkan USU harus meningkatkan standarnya.
USU harus bisa setidaknya sejajar dengan universitas terkemuka di dunia.
“Dalam upaya kita untuk dapat masuk 500 besar QS WUR, kita harus bisa meningkatkan standar kita. Hospitality standard menjadi salah satu kuncinya. Tentu dapat membedakan hospitality standard dari pengalaman kuliah di luar negeri,” sebut Rektor.
Muryanto menyebut, jika hospitality standard USU harus ditingkatkan. Hospitality standard meliputi bagaimana sebuah perguruan tinggi melaksanakan aspek pendidikan dan pelayanannya.
USU mendorong implementasi Tri Dharma perguruan tinggi. Kita harus optimalkan hospitality standard kita. Cara mudahnya tentu dengan cara ATM, Amati, Tiru Modifikasi, ini cara cepat. Kita sudah mempunyai banyak contoh untuk masuk dalam World Class University. Sebenarnya tidak ada kesulitan lagi selain kita harus mau berusaha bersama untuk melaksanakannya,” ujarnya.
Muryanto memberi contoh bagaimana universitas terkemuka di Amerika Serikat memberi keleluasaan bagi mahasiswanya untuk mengembangkan diri sesuai minat dan potensinya. Hal tersebut dapat diterapkan melalui program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Termasuk dalam penilaian QS WUR dalam kategori pelaksanaan akademik.
“Kampus di luar negeri, seperti di Amerika Serikat memberi peluang bagi mahasiswanya untuk mengembangkan diri sesuai minat dan potensinya yapi tetap dalam koridor yang dapat dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
Rektor mendorong akademisi di luar negeri melakukan riset lebih banyak. Perguruan tinggi memberikan fasilitas bagi dosen dan mahasiswa untuk melakukan riset kolaborasi dengan akademisi antar negara. Selain itu, pemerintah di luar negeri selalu menjadikan rekomendasi perguruan tinggi dalam mengambil sebuah kebijakan.
Hasil riset tersebut dapat dikategorikan sebagai pengabdian kepada masyarakat. Hal seperti menurutnya sebagai hospitality standard yang harus dapat dicapai oleh USU. “Yang terbaru di Indonesia, Universitas Airlangga (Unair) melakukan lompatan besar hingga masuk dalam 500 besar QS WUR. Ini menjadi motivasi bagi kita untuk bisa melakukan hal yang sama. Beberapa strategi mereka dapat kita jadikan contoh. Setidaknya mereka ada melakukan tiga strategi,” katanya.
Jika Unair memperbaiki struktur pendidikan di kelas dengan menyediakan informasi ke publik. Unair juga menggandakan target kinerja dosen untuk melakukan riset serta mendorong mereka untuk melakukan riset kolaborasi dengan akademisi asing. Ditambah, Unair melakukan kegiatan pertukaran mahasiswa secara inbound dan outbound dengan berbagai perguruan tinggi di dunia.
“Dalam mempersiapkan hal tersebut, pimpinan USU akan menyiapkan dan meningkatkan anggaran untuk WCU. Konsepnya kita akan melakukan serangkaian kompetisi riset baik dengan skema TALENTA maupun yang lainnya,” ujarnya.
USU juga akan memberikan insentif kepada program studi yang mengupayakan diri dalam akreditasi internasional. USU juga akan menjembatani sivitas akademika yang akan mengambil skema pendanaan riset dari Kemendikbud-Ristek seperti Kedai Reka.
Ketua World Class University (WCU) USU Prof Dr Eng Himsar Ambarita, mengatakan peran sivitas akademika yang telah mengeyam pendidikan lanjutan di luar negeri menjadi modal dan potensi besar. Kolega luar negeri para alumni diharapkan dapat memberikan testimoni mengenai USU. Hal tersebut menjadi salah satu indikator QS WUR. (Rel/Rul)