Sutrisno – Netty Melangkah Maju Bersama Agincourt Resources.

  • Bagikan
Netty Nurliana pelaku UMKM tahu dan tempe dampingan PTAR.(Istimewa)

Tapanuli Selatan I membaranews.com

 

Usaha tahu dan tempe milik pasangan suami istri Sutrisno dan Netty Nurliana semakin kreatif dan terus melangkah maju setelah mendapat dukungan dari PT Agincourt Resources (PTAR) selaku pengelola Tambang Emas Martabe di Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel).

Netty bercerita, awal menggeluti usaha tahu dan tempe pada tahun 2016 karena di daerahnya Desa Sumuran Kecamatan Batang Toru belum ada melakoni usaha ini.

Produksi tahu dan tempe dipasarkan seperti umumnya tanpa diolah menjadi makanan siap saji. Di jual di pasar lokal seperti Pasar Batang Toru, ke kedai-kedai dan lainnya.

Seiring waktu, usaha rumah tangga ini mendapat perhatian dari PTAR yang berkomitmen turut mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan ekonomi lokal.

Setelah mengikuti pelatihan dan pendampingan, Netty menerima bantuan dari PTAR seperti mesin sealer, kemasan, label serta lainnya dan mulai mengolah tempe menjadi keripik tempe.

Pemasaran produk gencar dilakukan. Netty memanfaatkan media sosial facebook untuk menarik minat pembeli. Sutrisno berjualan ke pekan-pekan, sembari mengantar tahu dan tempe ke pelanggan.

Melalui sub kontraktor, tahu dan tempe produk rumah tangga ini juga ikut memenuhi kebutuhan menu karyawan PTAR di Tambang Emas Martabe.

PTAR tidak kalah gencarnya melakukan promosi produk bermerek “Keripik Tempe Kress SUTRISNO” ini di setiap kesempatan, seperti pameran pembangunan Tapsel, PRSU, memfasilitasi masuk koperasi dikelola karyawan PTAR. Juga membuka pasar dan telah diterima di tiga swalayan di Padangsidimpuan.

Saat ini kata Netty, produksi keripik tempe setiap hari sekitar 35 kemasan mulai kemasan renteng harga Rp.1.000, harga Rp.5.000 dan Rp.10.000 per bungkus.

PTAR juga memfasilitasi produk hingga mengantongi izin P-IRT dari Pemkab Tapsel.

Sebelumnya Netty memakai bumbu ramuan kemasan untuk cita rasa keripik tempe. Namun beberapa waktu lalu sudah meracik bumbu sendiri setelah mengikuti pelatihan difasilitasi PTAR.

Tidak berhenti disitu, secara bertahap PTAR terus mendorong pengembangan usaha melalui pembenahan dapur produksi agar produk memenuhi standar keamanan pangan sesuai arahan Dinas Kesehatan.

“Kami sangat bersyukur dibantu dan didampingi PTAR dalam mengembangkan usaha kami ini,” ujar Netty kepada wartawan, Selasa (20/06/2023).Berkat dukungan PTAR, pendapatan mereka juga bertambah sekitar Rp.2 juta per bulan.

“Alhamdulillah, mudah-mudahan kami bisa terus berkembang,” ujar Netti. (Borneo)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *