membaranews.com (Tapanuli Selatan)
Bahasa Angkola salah satu bahasa daerah masuk dalam Program Revitalisasi Bahasa Daerah Tahun 2022.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumut Hidayat Widianto mengatakan, kunjungan ke Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) merupakan bentuk pengawalan terhadap revitalisasi bahasa daerah telah diluncurkan Menristek pada 22 Februari 2022.
Pada 30 Juni 2022 kata Hidayat, Balai Bahasa Provinsi Sumut telah mengundang seluruh pemangku kepentingan di daerah untuk mendukung revitalisasi bahasa daerah.
Tahun 2022, program revitalisasi bahasa daerah dilakukan di 12 provinsi di seluruh Indonesia. Satu-satunya di pulau Sumatera terpilih untuk revitalisasi bahasa daerah adalah Sumut.
Untuk Sumut pihaknya memilih tiga bahasa daerah yakni Bahasa Melayu dialek Gane, Bahasa Melayu dialek Sorkam dan Bahasa Angkola.
“Hari ini kami melakukan kegiatan tahap kedua setelah rapat koordinasi para pemangku kepentingan antara lain Gubernur dan Bupati.
Kata juga koordinasi dengan para maestro bahasa daerah,” ujar Hidayat saat kunjungan kerja ke Pemkab Tapsel diterima Sekda Parulian Nasution di ruang kerja Sekda, Kamis (14/7/2022).
Pertemuan kali okni bertujuan membuat sebuah mekanisme pelajaran yang akan dilakukan di tahap ketiga. Pada tahap ketiga akan dilaksanakan pelatihan Guru Utama penyampaian 7 unsur dalam revitalisasi bahasa daerah.
Revitalisasi bahasa daerah sangat penting karena sudah masuk dalam Perda Provinsi Sumut Nomor 8 Tahun 2017. Ini menjadi tanggungjawab dan perhatian pemerintah daerah untuk melestarikan bahasa daerah di lingkungannya termasuk di Angkola,kata Hidayat.
Tahap akhir, Balai Bahasa jemput bola dengan kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu akhir November 2022.
Bupati Tapsel H. Dolly Pasaribu diwakili Sekda Parulian Nasution mengatakan, pelestarian bahasa daerah sangat penting untuk menghindari kepunahan bahasa.
Selain Bahasa Indonesia kata Parulian, bahasa daerah merupakan alat pemersatu bangsa.Pemkab Tapsel menyambut positif rencana Balai Bahasa Sumut dalam pelestarian bahasa daerah Tapsel.
“Harapan kami bahasa daerah Tapsel menjadi bahasa daerah diperhitungkan secara Nasional,” ujar Parulian.
Parulian mengemukakan, dalam buku “Impola Ni Hata” karangan Kumpulan Siregar sudah diajarkan bahasa daerah Tapsel sejak dulu di masa-masa sekolah ke masyarakat.
Untuk itu Parulian meminta agar Balai Bahasa mendorong bahasa daerah Tapsel masuk ke dalam kurikulum muatan lokal di sekolah-sekolah.
Menurut Parulian, bahasa daerah Tapsel memiliki ciri dialek yang lembut dan sarat akan kosa kata nan indah. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya perumpamaan-perumpamaan atau sastra yang bisa membangun apektif atau nilai moral maupun pola pikir dan sikap yang baik.
Karena itu, bahasa daerah Tapsel dapat dijadikan sumber literasi untuk pengembangan sastra daerah Indonesia,” kata Parulian. (Borneo/Rel)