membaranews.com (Medan)
Kabupaten Batu Bara menjadi Pilot Project diluar Pulau Jawa Bapak Ir. H. Kabupaten Batu Bara sebagai salah satu pilot project diluar Pulau Jawa pelaksanaan Program GIZ (Deutsche Gesellschaf für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH) dalam menerapkan pedoman pembukaan dan pengoperasian sekolah yang aman selama Pandemi Covid-19.
Hal tersebut dikatakan Kadisdik Batu Bara Ilyas Sitorus.dalam paparannya dalam Orientasi Partnership and Recommendation (Kemitraan dan Rekomendasi ) bersama 20 kepala sekolah dan Tim Dinas Pendidikan Kabupaten Batu Bara dalam program mendukung program kebersihan dan perubahan perilaku untuk kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi masa Pandemi Covid-19 di Kuta Koffe Jalan Access Road Inalum Kuala Tanjung Medang Deras Batu Bara, Kamis siang (4/3/2021).
Menurut Ilyas, terpilihnya Batu Bara sebagai Pilot Project tak lepas dari support Kemendikbud Republik Indonesia (Direktur Sekolah Dasar Ibu Sry Wahyuningsih dan Tim.
Di Indonesia hanya ada dua pilot project GIZ, satu di Jawa dan satunya di pulau Sumatera yakni Kabupaten Batu Bara.
Begitu juga program sekolah penggerak dari 500-an kabupaten/kota di Indonesia , Sumatera Utara mendapat kesempatan di enam kabupaten/kota salah satunya Batu Bara ,ujar ilyas disambut tepuk tangan peserta yang ikut tatap muka maupun melalui Aplikasi Zoom.
Ilyas menyampaikan harapan Bupati Batu Bara Zahir bahwa program GIZ harus kita sukseskan di Batu Bara. Jangan sia siakan kepercayaan dan kesempatan yang diberikan Kemendikbud RI ke kita, sebut Ilyas.
Direktur Sekolah Dasar Sry Wahyuningsih dalam paparannya menyampaikan motivasi kepada 20 kepala sekolah terpilih dan kepada pengelola pendidikan di Batu Bara. “Saya yakin program akan berhasil di Batu Bara,” kata Sry.
Sry mengajak tenaga kependidikan memanfaatkan waktu tersisa dua hari lagi untuk bergabung di program sekolah penggerak. Banyak sekali manfaat yang di dapat bagi sekolah maupun pemerintah daerah, tandasnya.
Program sekolah penggerak merupakan upaya meningkatkan akses dan kualitas pembelajaran bagi semua anak yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik dengan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang mencakup kompetensi literasi, numerasi dan karakter, tambah Sry.
Manfaat lain diperoleh dari program ini untuk sekolah diantaranya meningkatkan hasil mutu pendidikan dalam kurun waktu 3 tahun ajaran, meningkatnya kompetensi kepala sekolah dan guru, percepatan digitalisasi sekolah, kesempatan menjadi katalis perubahan bagi satuan pendidikan lain, percepatan pencapaian profil pelajar Pancasila, mendapatkan pendampingan intensif untuk transformasi satuan pendidikan dan memperoleh tambahan anggaran untuk pembelian buku bagi pembelajaran kompetensi holistik.
Sedangkan manfaat untuk pemerintah daerah yakni meningkatkan kompetensi SDM satuan pendidikan, membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, efek multiplier dari sekolah penggerak ke sekolah lainnya, mempercepat peningkatan mutu pendidikan di daerah, peluang mendapatkan penghargaan sebagai daerah penggerak pendidikan serta enjadi daerah rujukan praktek baik dalam pengembangan sekolah penggerak, kata Sry..
Perwakilan GIZ German Dr. Bella Monse, Regional Project Manager HBCC Project bersama Alien Ardiyani melalui aplikasi Zoom dari Senayan Jakarta maupun Sulaiman Ginting selaku perwakilan GIZ Sumatera Utara di Medan yang hadir langsung dalam Sesi Orientasi tersebut menyampaikan rencana program yang akan dilaksanakan bersama dalam kurun waktu selama 3 – 4 tahun ke depan, termasuk persiapan yang akan kita kerjakan bersama mulai saat ini dan instrumen harus segera dibantu sekolah terpilih untuk mengisinya.
Dr. Bella Monse menyampaikan terimakasi atas dukungan dan kerja sama pemerintah daerah, DPRD dan Dinas terkait di Kabupaten Batu Bara dengan GIZ dalam perbaikan sanitasi sekolah yang merupakan salah satu prioritas pembangunan termasuk dalam tujuan Sustainable Development Goals (SDGs).
“Tujuan tersebut adalah membangun dan meningkatkan fasilitas pendidikan ramah anak, penyandang disabilitas, gender, memberikan lingkungan belajar yang aman, tanpa kekerasan, inklusif, efektif bagi semua. Termasuk proporsi sekolah dengan akses air minum layak, fasilitas sanitasi dasar menurut jenis kelamin, dan fasilitas cuci tangan yang sudah ada, “ujar Bella.
Secara garis besar, isian sanitasi sekolah terdiri dari tiga bagian. Yakni variabel SDGs terdiri atas : (a) air bersih, (b) jamban sekolah, (c) cuci tangan pakai sabun (CTPS), (d) pengelolaan limbah cair, dan (e) pengelolaan sampah. Kedua , terdapat instrumen terkait stratifikasi UKS untuk mengukur perkembangan pelaksanaan sanitasi sekolah. Ketiga, sekolah mengisi instrumen terkait kegiatan dan media Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) tentang sanitasi sekolah.
Upaya KIE perlu dilakukan guna meningkatkan pengetahuan warga sekolah dan menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat, kata Ilyas. (Zul)